Belajar dari Sebuah Penolakan

Kemarin lusa, saya disadarkan oleh Ibunda saya tentang betapa seringnya saya menggerutu tentang kehidupan.

“Kenapa sih, hidupku ini isinya penolakan terus? Aku salahnya di mana sih? Ahhh, capek!” ucap saya dulu, setidaknya tiga kali seminggu.

Tapi, memang benar kalau hidup saya itu banyak sekali penolakannya.

Ditolak Perusahaan Impian

Pertengahan bulan Februari 2021 yang lalu, saya mendapatkan pemberitahuan bahwa portofolio dan CV saya lolos tahap seleksi, dan bisa lanjut ke tahap berikutnya, yang setelah itu akan lanjut ke tahap interview di sebuah perusahaan yang sangat saya impi-impikan saat itu.

Walaupun saya hanya melamar sebagai intern, saya benar-benar excited dan berekspektasi sangat tinggi tentang hal tersebut.

Sudah lama menunggu, saya tak kunjung mendapatkan pemberitahuan lebih lanjut.

Beberapa hari setelah penantian panjang tersebut, muncullah pemberitahuan di e-mail saya yang isinya:

“Maaf, kamu belum bisa lanjut ke tahap berikutnya.”

Saya sangat terkejut, sedih, dan bingung kenapa saya bisa ditolak oleh perusahaan yang sangat saya impi-impikan ini. Saya sedih sampai berhari-hari, sampai akhirnya saya mencoba berhenti untuk bersedih dan mengambil sebuah action — mencoba untuk melamar ke perusahaan lain.

Perusahaan itu adalah MyEduSolve Indonesia. Saat melamar ke sini, saya tidak memiliki ekspektasi apapun. Bahkan, saya malah berekspektasi tentang kejadian terburuk — tidak diterima, agar nanti bila memang tidak diterima, saya akan tetap fine-fine saja. Namun, saya tetap berusaha untuk memperbaiki portofolio dan CV saya agar menjadi lebih baik.

Seleksi demi seleksi, interview demi interview, akhirnya saya diterima untuk menjadi intern di perusahaan ini. Jujur, saya sangat kaget dan senang bisa diterima di perusahaan ini!

Saat hari-hari intenship mulai berjalan, di situlah saya mulai sadar, bahwa dari penolakan yang sebelumya itulah, yang membawa saya kemari.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa mengenal orang-orang hebat dan keren di balik layar MyEduSolve.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa belajar tentang hal-hal baru yang sangat bermanfaat bagi saya.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa belajar agar tidak menaruh ekspektasi terlalu tinggi, agar nanti saat jatuh tidak terlalu sakit.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa menuliskan artikel yang Anda baca ini.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa mendapatkan pembelajaran yang sangat bermanfaat seperti di atas.

Dari sebuah penolakan, saya belajar banyak hal yang begitu berharga.

Ditolak Perguruan Tinggi Negeri

Senin, 22 Maret 2021 yang lalu, saya ditampar oleh kenyataan bahwa saya tidak lolos dalam salah satu jalur masuk perguruan tinggi negeri, SNMPTN.

Sedih, marah, kesal, semuanya diaduk menjadi satu. Usaha saya untuk menjaga nilai tetap baik dan stabil selama tiga tahun terasa sangat sia-sia.

“Mungkin karena aku ambil prodi yang lintas jurusan, makanya aku ga diterima. Sedangkan teman-temanku main aman — mereka ambil prodi yang sesuai dengan jurusan mereka, makanya mereka lolos.” ucap saya dalam hati untuk setidaknya menghibur diri, namun saya pikir ada benarnya juga.

Sama seperti yang sebelumnya, saya sedih berhari-berhari. Saya overthinking tentang hal-hal yang mungkin menjadi penyebab saya ditolak. Saya menyalahkan diri sendiri setiap hari, sampai akhirnya saya mencoba untuk berhenti bersedih dan mengambil sebuah action — mencoba hal-hal baru.

Saya mengambil beberapa buku dari tumpukan buku yang belum sempat saya baca di meja belajar saya. Diantaranya adalah buku-buku self-improvement yang akhirnya mampu mengubah cara pandang saya terhadap dunia dan maknanya.

Saya juga melihat dan mengikuti banyak webinar dan video tentang climate crisis yang membuka mata saya bahwa sebenarnya bumi kita ini sedang tidak baik-baik saja. Dan saya sebagai bagian dari kawula muda, harus mulai mengambil aksi atau langkah agar bisa membuat bumi menjadi tempat hidup yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.

Di situlah saya mulai sadar, bahwa dari penolakan yang sebelumya itulah yang membawa saya kemari.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa belajar bahwa saat mengambil keputusan, kita harus bersikap realistis untuk mendapatkan hal yang kita mau dengan mudah, atau tetap menjadi idealis namun harus berusaha dengan lebih keras.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa belajar untuk lebih sadar dalam mengonsumsi sesuatu — apakah tindakan konsumsi ini dapat merugikan bagi lingkungan atau tidak.

Kalau tidak karena penolakan tersebut, mungkin sekarang saya tidak bisa mendapatkan pembelajaran-pembelajaran yang sangat berharga seperti di atas.

Dari sebuah penolakan, saya belajar banyak hal yang begitu berharga.

Lalu, bagaimana proses untuk belajar dari sebuah penolakan?

1. Bersedihlah Secukupnya

Ungkapan “bersedihlah secukupnya” ini menurut saya sangat benar adanya. Kita perlu dan boleh memberi waktu kepada diri sendiri untuk bersedih, daripada memaksa diri untuk baik-baik saja.

Tapi ya itu tadi, ingat, secukupnya saja.

Apapun yang terlalu berlebihan pasti tidak baik. Ini juga berlaku pada emosi negatif kita.

Emosi negatif yang terlalu berlebihan hanya akan memicu emosi negatif lainnya.

Sedih yang berlebihan akan membawa emosi kecewa, emosi kecewa yang berlebihan akan membawa emosi marah, dan seterusnya.

Maka dari itu, bersedih secukupnya adalah langkah pertama dalam mencari pelajaran dari sebuah penolakan.

2. Take Action

Setelah berhenti bersedih, selanjutnya apa? Take action!

Maksudnya?

Kita pasti tidak ingin mengulangi kesedihan ini lagi, kan? Maka dari itu, kita perlu tahu, nih, apa ya yang harus dilakukan supaya tidak mengalami penolakan lagi?

Jadi, kamu harus ambil sebuah aksi atau langkah yang akan kamu lakukan.

Perbaiki diri, tingkatkan kemampuan, ubah mindset, rancang goals dan tujuan, belajar hal yang baru, dan lain sebagainya.

Tapi ingat! aksi atau langkah yang kamu ambil tidak harus sebuah langkah yang “BESAR”.

Action-mu untuk memperbaiki diri bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana — seperti membaca buku 5–7 halaman satu hari, menonton 2 video tips Bahasa Inggris dari youtube setiap hari, dan lain-lain.

Jika sudah siap untuk level up, kamu bisa mulai menerima tantangan baru untuk serius meningkatkan kapasitas dirimu, seperti mengikuti kursus atau pelatihan sertifikasi profesional yang nantinya akan sangat penting untuk mendukung karir impianmu. Kamu bisa lho mengunjungi MyEduSolveX.com untuk mengeksplor kelas-kelas menarik yang mungkin sesuai dengan kebutuhanmu!

3. Tetaplah Konsisten

caption: pexels

Yang paling akhir dan yang paling penting, yaitu tetaplah konsisten dengan aksi yang kamu pilih. Tetaplah ber-progress.

“Tapi, bagaimana kalau progressnya tidak bagus? tidak sempurna?”

Percayalah, tidak ada yang namanya kesempurnaan. Apalagi jika kamu adalah seorang pemula.

Tentu saja progresnya tidak akan langsung bagus di awal-awal, apalagi sempurna. ‘Kan kamu masih belajar. Nggak mungkin, kan, hari ini baru belajar aksara Bahasa Jepang, minggu depan langsung bisa nulis essay berbahasa Jepang 5 halaman?

Atau hari ini baru mau belajar Design Grafis, minggu depan langsung ingin direkrut jadi profesional graphic designer?

Let’s just being ok with “small” progress. Nanti kita pasti akan bisa membuat progress yang lebih baik bila sudah terbiasa, kok!

Perfection is the enemy. Kalau kamu maunya langsung sempurna, pasti gak akan mulai-mulai. Makanya, kamu harus menanamkan mindset “Progress over perfection”.

Sedikit demi sedikit, pasti kita akan bisa jadi lebih baik!

Di MyEduSolve, kami selalu berusaha untuk menerapkan prinsip 1% better everyday. Asalkan dilakukan secara konsisten, lama kelamaan bisa menjadi 100% atau bahkan lebih, kan? Ini sangat bermanfaat terutama untuk mendorong personal growth kita!

Itulah cara saya untuk belajar dari sebuah penolakan.

Percayalah, dari setiap kejadian buruk yang menimpa kita, pasti ada sisi baik yang bisa kita pelajari.

Leave a comment